Mengelola Persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Persediaan barang merupakan aset perusahaan membiayai operasional/produksi perusahaan.  Persediaan  memerlukan pengelolaan yang baik, karena kesalahan dalam perencanaan dan pengelolaan dapat menyebabkan kerugian perusahaan. 
Pembiayaan persediaaan yang terlalu besar atau melebihi kebutuhan operasional akan memperbesar biaya penyimpanan dan berisiko terjadinya kerusakan.  Hal tersebut tentunya akan menyebabkan kerugian bagi manajamen tanpa transaksi penjualan apapun.  Sebaliknya persediaan yang jumlahnya terlalu sedikit dibandingkan kebutuhan operasional, akan mempunyai efek terhadap keuntungan perusahaan pula.  Keterbatasan jumlah persediaaan akan menghambat produktifitas usaha. Tidak terpenuhinya pesanan/penjualan akibat kekurangan persediaan tentunya menyebabkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan.


Persediaan Di Hotel
Persediaan dalam operasional Hotel , umumnya terdiri dari tiga macam, yaitu: Makanan, Minuman dan supplies.  Persediaan di hotel , hampir seluruhnya  merupakan bahan baku yang masih memerlukan pengelolaan/proses produksi  untuk siap dijual. Berbeda dengan perusahaan manufaktur, selain beberapa berupa persediaaan bahan baku , namun juga terdapat persediaan barang jadi yang siap dijual.  
Sebagian besar persediaan yang berupa bahan baku ini mempunyai tingkat biaya pemeliharaan yang besar dan mempunyai risiko kerusakan yang besar pula. Sebaliknya sedikitnya persediaan makanan misalnya, akan berakibat banyaknya pesanan tamu yang tidak dapat dipenuhi.
Persediaan memerlukan pengelolaan agar memenuhi kebutuhan operasional.  Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah persediaan, yaitu:
  1. Rata- Rata Bulanan (Monthly Average)
Jumlah persediaan diperhitungkan berdasar rata- rata kebutuhan barang untuk produksi per tahun, kemudian di perhitungkan rata-rata  kebutuhan per bulannya.
  1. Rata- Rata Bulanan Bergerak ( Moving Monthly Average)
Jumlah persediaan diperhitungkan berdasarkan rata-rata kebutuhan barang untuk produksi beberapa bulan (misal ,  Tri wulan I: Januari ,Februari , Maret), kemudian ditetapkan lagi berdasar kebutuhan beberapa bulan berikutnya (Tri Wulan II).  Jumlah persediaan ini berubah – ubah sesuai dengan kebutuhan rata-rata tiap tri wulan.
  1. Penentuan batas minimun dan maksimum
Jumlah persediaan ditentukan dengan pedoman batas minimun dan maksimum.  Penentuan jumlah ini harus didasarkan penelitian dari data pemakaian yang lalu (sesuai dengan kapasitas produksi yang berubah- ubah) , sehingga manajemen mengetahui  berapa seharusnya jumlah minimal yang harus tersedia dan maksimal.   

Tingkat Perputaran Persediaan
Jumlah persediaan ditentukan dengan pedoman pada tingkat perputaran persediaan.  Perputaran persediaaan merupakan seberapa kalau secara rata-rata persediaan masuk – keluar gudang dalam satu tahun  untuk digunakan dalam operasional. 
Tingkat perputaran persediaan (Inventory Turn Over/ITO) di hitung sebagai berikut:
Inventory Turn Over =
Cost of Food Used
Average Inventory

Semakin cepat ( semakin tinggi angka putaran) tingkat perputaran persediaan akan semakin baik, karena persediaan digudang semakin cepat digunakan untuk produksi/opersional.  Sebaliknya semakin lambat (semakin kecil angka putaran)  menunjukkan semakin lambat persediaan digunakan /diserap untuk produksi.  Hal tersebut menunjukkan menumpuknya persediaan di gudang dan berisiko rusak.


Pembelian Yang Ekonomis (Economical Order Quantity)
Economical Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah pembelian persediaan yang diperoleh dengan biaya yang hemat, atau dapat juga dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.  Dalam  pembelian dapat saja pembelian yang tidak menghemat biaya dikarena adanya biaya -  biaya yang timbul akibat pembelian misalnya, biaya pengiriman.  Pembelian dalam jumlah sedikit dan berulang- ulang dapat menyebabkan timbulnya biaya yang cukup besar , sehingga akan mempengaruhi harga persediaan. Selain itu biaya pengiriman dan penyimpanan perlu diperhitungkan, apalagi diperlukan biaya sewa gudang

Reorder Point
Reorder point merupakan waktu dimana (kapan) pesanan harus dilakukan kembali.  Dengan mengetahui kapan harus diakukan pemesanan kembali, diharapkan barang akan datang sebelum persediaan habis digudang.  Pemesanan kembali diharapkan dapat memenuhi ketersediaan barang dalam hal waktu maupun jumlah barang.  Dalam penentuan Re-order point  perlu ditentukan:
  1. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh persediaan ( lead time)
  2. Jumlah persediaan minimum (safety stock)

Reorder Point = (Lead Time x Consumption ) + Safety Stock.